Perang Pemikiran dan Hilangnya Jati Diri (2)

“Musuh hari ini tidak datang dengan pedang, tapi dengan ide dan narasi yang menyesatkan.”

Di masa lalu, sebagian besar tantangan terhadap keimanan datang dalam bentuk ancaman fisik. Namun hari ini, medan perangnya telah bergeser. Akal dipaksa mengingkari iman yang tertanam di dalam dada, bahkan hingga meragukan eksistensi Tuhan. Orientasi hidup bukan lagi kehidupan setelah kematian, melainkan kepuasan duniawi yang fana dan sesaat.

Peradaban “agama palsu” kini menyerbu jantung-jantung pertahanan para pemeluk agama ilahi. Ada yang mampu bertahan, namun tak sedikit pula yang pertahanannya berhasil dijebol. Sekularisme, liberalisme, pluralisme agama, hingga materialisme—semuanya nyaris menghinggapi benak setiap pemeluk agama ilahi tanpa disadari.

Serangan pemikiran jauh lebih rumit ditanggulangi dibanding serangan fisik. Jika musuh menyerang secara fisik, ia datang dalam wujud yang mudah dikenali. Namun berbeda halnya dengan serangan pemikiran—ia menyusup dalam bentuk yang sulit dikenali, bahkan seringkali dibungkus dengan istilah-istilah yang menawan dan memukau banyak insan. Lebih berbahaya lagi, jika ayat-ayat ilahi dikorupsi demi kepentingan duniawi dan penyesatan manusia.

Suka tidak suka, ikhlas atau tidak, kenyataannya hari ini sebagian besar manusia hidup dalam peradaban Barat modern yang menyusup ke hampir seluruh aspek kehidupan. Dalam kondisi seperti ini, sangat mudah bagi virus-virus pemikiran untuk merasuki dan menghancurkan identitas kita sebagai pemeluk agama ilahi.

Ketika virus-virus perusak iman menjalar bebas dan merebak tak terkendali, maka satu-satunya jalan untuk bertahan adalah membentengi diri dan keluarga dengan keilmuan agama yang mendalam. Hanya dengan pemahaman yang benar terhadap agama, kita mampu mengenali dan menangkal berbagai virus aqidah yang kini dengan mudah menyelinap hingga ke sudut-sudut rumah.

Kita tidak akan pernah memenangkan sebuah pertempuran jika tidak mengenali siapa musuh kita. Maka, inilah saatnya untuk berbenah. Saatnya merekonstruksi akal dan membuang jauh segala virus yang selama ini menggerogoti keimanan. Karena satu-satunya yang mampu memperbaiki dan mengubahmu, adalah dirimu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *